Pengaruh Psikoanalisis terhadap Tokoh Utama dalam novel Lilah
Pergolakan
batin yang timbul pada diri seseorang
selalu menimbulkan ekspresi baik itu sedih, gembira, ataupun marah dan jika
sudah mencapai puncaknya dapat menimbulkan suatu konflik. Konflik batin dapat terjadi karena adanya clash antara satu
individu dengan individu lain ataupun individu dengan kelompok. Pergolakan
batin seseorang dapat diteliti dengan menggunakan psikology begitu pula dengan
pergolakan batin yang timbul pada satu tokoh dalam suatu cerita novel ataupun
drama dapat dikaji dengan menggunakan psikoanalitik. Tokoh adalah figur yang
dikenai dan sekaligus mengenai tindakan psikologis. Dia adalah eksekutor dalam
sastra (Suwardi Endraswara, 2008:179). Artinya tokoh adalah titik tumpu yang
melakukan tindakan sekaligus dikenai tindakan psikologis, perilaku tokohlah
yang akan menentukan jalannya cerita.
Suwardi
mengatakan bahwa sikap dan perilaku adalah pantulan jiwa. Jiwa yang khayal akan
dapat dimonitor lewat sikap dan perilaku. Dengan kata lain dengan membaca
perilaku yang tercermin dalam salah satu tokoh dalam sastra merupakan upaya
untuk memahami gejolak jiwa manusia. Walaupun pada dasarnya tokoh dalam sastra
itu merupakan hal yang tidak nyata karena merupakan hasil imaji si pengarang,
namun tak dapat dipungkiri pengarang membuat karakter satu tokoh dalam karyanya
pasti merupakan cerminan pribadi si pengarang atau pengalaman yang telah
dialaminya.
Sikap
yang tercermin pada satu tokoh daam sastra merupakan hal yang menarik karena
clash dari satu tokoh dengan tokoh lain dapat menimbulkan konflik dan kondisi
mental serta ego dari tiap tokoh tersebut dapat memperuncing pertentangan
tersebut. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti karakter utama
pada Novel Marek Halter yang berjudul “Lilah”. Pergolakan batin lilah untuk
memilih kakknya, Ezra atau kekasih hatinya, Antonioes merupakan hal yang
menarik untuk dikaji. Pergolakan batin Lilah ini tidak terlepas dari faktor
agama dan masyarakat yang mempengaruhinya.
Menurut Freud psikologi adalah alam bawah sadar,
yang didasari samar-samar oleh individu yang bersangkutan. Menurutnya
ketaksadaran merupakan bagian yang paling besar dan paling aktif dalam diri
setiap orang. Freud (Milner, 1992:32-38) menghubungkan karya sastra dengan
mimpi. Sastra dan mimpi dianggap
memberikan kepuasan secara tidak langsung. Mimpi seperti tulisan
merupakan sistem tanda yang menunjukkan sesuatu yang berbeda, yaitu melalui
tanda-tanda itu sendiri. Penulis menggunakan Psycoanalitic karena tiap karakter
pada diri seseorang itu tidak akan terlepas dari psikologi. Tidak dapat
dipungkiri jika agama dan lingkungan
social sangat mempengaruhi karakter seseorang.
Untuk mengetahui pemikiran, tingkah laku dan
kebiasaan tokoh utama penulis menggunakan karakterisasi. Karakterisasi
berarti pemeranan, pelukisan watak. Metode karakterisasi adalah metode
melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi. Ada dua cara
untuk membedah karakterisasi seseorang penjabaran secara langsung (telling) dan
tidak langsung (showing).
One method is telling, which
relies on exposition and direct commentary by the author. In telling a method
preferred and practiced by many older fiction write the dround hand of the
authors is very much evidence. We learn yang look only at what the author calls
to your attentions (Pickering dan Hoeper, (1981:27)
Dalam perkembangan karakter tokoh
utama sangat berkaitan erat dengan agama
yang dipegang teguh olehnya. Seperti yang kita ketahui agama adalah tuntunan
bagi manusia agar hidupnya tidak tersesat. Seperti yang diungkapkan oleh Karl
Marx “Religion was such an ideology, an
“opiate of the people” that prevent them from rebelling against their appressors.
It promises the rewards in the next life for performing obediently in this
one”. Maksudnya adalah agama merupakan sebuah ideologi yang dianalogikan
sebagai obat bagi manusia yang mencegah manusia agar tidak tersesat dan orang
yang memegang teguh agama dijanjikan
pahala untuk kehidupan mendatang di akhirat.
Metode penelitian yang digunakan dalam proposal ini
adalah metode kualitatif.
Penelitian
kualitatif sering diartikan sebgai penelitian
yang tidak megadakan “ perhitungan” atau sengan angka-angka
(Moleong,1982:2).
Metode yang digunakan dalam pengumpulan
data dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu :
1. Membaca
novelnya
2. Memilih
data yang perlu dikaji
3. Memisahkan
dengan data yang lain agar dapat dianalisis
4. Memilih
teori yang sepadan dengan data yang sedang diteliti.
Dalam hal ini penulis memilih teknik
pengumpulan data dengan cara library
research yaitu penulis mencari teori dan data-data pendukung melalui buku dan
internet agar proposal ini lebih lengkap dan relevan.
Data yang telah dikumpulkan dan dipilih kemudian
dianalisis oleh penulis. Analisis ini bertujuan untuk mencari karakterisasi
tokoh utama dan menganalisis pengaruh agama
dan lingkungan terhadap perkembangan tokoh utama.
Data diambil dari sebuah novel sejarah karya Marek
Halter yang berjudul “Lilah”. Novel ini bercerita tentang perjuangan tokoh
utama, Lilah untuk memperjuangkan cintanya
terhadap Antonioes yang tidak direstui oleh kakaknya sendiri yaitu Ezra.
Hubungan mereka tidak direstui karena agama dan bangsa mereka berbeda, Lilah adalah bangsa Israel dan
beragama Yahudi sedangkan Antonioes adalah seorang prajurit Persia yang sangat
hebat . Ketangguhan dan kehebatannya dalam berperang mendapatkan perhatian
lebih dari sang Raja dan membuat Antonioes menjadi panglima kesayangan Raja Artaxerxes
dan Ratu Parysatis yang dikenal sangat kejam dan tidak berprikemanusiaan.
Hubungan percintaan Lilah dan Antonioes bukan saja ditentang oleh Ezra tetapi
ditentang pula oleh sang Ratu.
Perlu diketahui bahwa bagi orang Yahudi pernikahan
berbeda bangsa dan agama itu sangat dilarang, dengan kata lain orang Yahudi
harus menikah dengan orang Yahudi lagi. Hal ini dapat terlihat dari kata-kata
Ezra yang ditujukan kepada Antonioes :
”My sister is free to make her own
decisions, “Ezra said.” But there are laws for us, the children of Israel and
the people of the covenant. They are not the same as your laws, son of Persia,
just as our God is not the same as your gods.”
…….A woman who goes with an clean man is
herself unclean, and if a waman is unclean, her brother can no longer go near
her. He can no longer be her brother. Lilah will choose.”
Dari kutipan
diatas dapat terlihat bahwa perkawinan beda agama dan bangsa bagi orang Yahudi
teramat sangat dilarang. Jika ada seorang wanita yang menikahi seorang pria
yang berbeda agama dan bangsanya maka wanita itu disebut wanita tidak suci
dan bagi orang yang tidak suci seorang
kakak pun haram untuk mendekatinya.
Contoh dialog berikut merupakan pergolakan batin Lilah ketika menemui Ezra,
kakaknya. Pada awalnya dia menemui Ezra untuk membicarakan bahwa dia akan
menikah dengan Antonioes. Namun, melihat reaksi Ezra yang dingin dan seakan
tidak peduli membuat Lilah mengurungkan niatnya. Dari dialog dibawah ini
memperlihatkan bahwa karakter Utama merasa takut Ezra tidak merestui
hubungannya dengan Antonioes dan akan memarahinya.
Lilah
fell silent. Her own words seemed to her out of place and offensive. She want
to say,”I love him. I want him for my husband. He wants it too, more than
anything else. I love to be in his arms . And I also love you, with all the
love in a siste’s heart.” But the words that emerged from her mouth were cold
and fearful, devoid of color.
Kutipan dibawah ini menunjukkan telah
terjadinya pergolakan batin pada tokoh Lilah dikarenakan adanya pengaruh external
yaitu pengaruh kematian orang yang selalu setia menemaninya yaitu Sogdiam yang
sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri. Lilah sudah mulai meragukan kesetiaan
Antonioes, suaminya karena penantiannya selama 5 tahun tidak membuahkan hasil
apa-apa dan pada kenyataannya selama ini Antonioes tidak ada disisinya disaat
Lilah sangat membutuhkan Antonioes untuk bersandar. Sogdiamlah yang selalu menemaninya
dalam suka dan duka. Dari kutipan dibawah ini dapat dilihat bahwa Lilah sangat
terpukul dengan kematian Sogdiam.
I must seem confused to you now,
Antinoes, my husband. I mix past nad present. It because of Sogdiam’s death.
But it is also true that everiything is confused in my mind, my hearth, my
body.
Ketika
agama yang dijadikan acuan dalam hidup dan
aturan yang tertulis pada Al kitab yang harus dipatuhi sangat
bertentangan dengan hati Lilah. Maka Lilah memutuskan untuk meninggalkan kota
Yarusalem bersama wanita-wanita yang dianggap tidak suci karena mereka bukan dari bangsa Israel dan anak-anak hasil
perkawinan beda bangsa dan agama yang dipaksa meninggalkan Yarusalem. Padahal
dengan susah payah Lilah dan rombongan dapat mencapai kota Yarusalem itu. Hal
itu dapat dilihat dari kutipan dibwah ini :
He laughed. “But it is, Lilah it is! We
came so that the law of Yahweh would live among our people. We are making it
live. Only what is written on moses scroll. That and nothing else!”
“ I can’t do it, “ I said to the man who
had been my beloved brother. “I ca’t be with those who throw stones at women
and children. I can separate the clean and the unclean by separating the wife
from husband and the children drom the father. That is beyond my strength. It
is beyond my love for Ezra. Beyond my respect for our God. If I must choose,
then I shall leave with them. With rejected women. With the strengers. That is
the only place for me. Did not Moses, our Master say Welcome the Stranger in
your house as one of your own. Love him as yourself , for you, too, were
strangers in the land of Egypt?”
Dari kutipan
diatas dapat dilihat bahwa karakter tokoh utama keyakinannya mulai goyah,
kepercayaan terhadap Ezra pun mulai pudar. Lilah beranggapan bahwa penindasan
terhadap kaum wanita yang dianggap sebagai orang asing dan tidak suci karena
menikah dengan pria yang berbeda agama dan tidak sebangsa dengan mereka sudah
melampaui batas.
Reference
Khutaratna,
Nyoman 2006. Theory, Metode, dan penelitian Sastra, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Maxwell, Joseph A,.1996. Qualitative Research design “ Sage
publication Inc.: California
Jabrohim.2003.
Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta : Hanindita Graha Widya
Minderop,
Albertine.2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, Surabaya dan ,endamping elsu
(penderitaan). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2 Novemver
Tidak ada komentar:
Posting Komentar