Jumat, 02 November 2012

Psicoanalisis dalam LILAH


         Pengaruh Psikoanalisis terhadap Tokoh  Utama dalam novel Lilah


Pergolakan batin yang timbul pada diri  seseorang selalu menimbulkan ekspresi baik itu sedih, gembira, ataupun marah dan jika sudah mencapai puncaknya dapat menimbulkan suatu konflik. Konflik batin  dapat terjadi karena adanya clash antara satu individu dengan individu lain ataupun individu dengan kelompok. Pergolakan batin seseorang dapat diteliti dengan menggunakan psikology begitu pula dengan pergolakan batin yang timbul pada satu tokoh dalam suatu cerita novel ataupun drama dapat dikaji dengan menggunakan psikoanalitik. Tokoh adalah figur yang dikenai dan sekaligus mengenai tindakan psikologis. Dia adalah eksekutor dalam sastra (Suwardi Endraswara, 2008:179). Artinya tokoh adalah titik tumpu yang melakukan tindakan sekaligus dikenai tindakan psikologis, perilaku tokohlah yang akan menentukan jalannya cerita.

Suwardi mengatakan bahwa sikap dan perilaku adalah pantulan jiwa. Jiwa yang khayal akan dapat dimonitor lewat sikap dan perilaku. Dengan kata lain dengan membaca perilaku yang tercermin dalam salah satu tokoh dalam sastra merupakan upaya untuk memahami gejolak jiwa manusia. Walaupun pada dasarnya tokoh dalam sastra itu merupakan hal yang tidak nyata karena merupakan hasil imaji si pengarang, namun tak dapat dipungkiri pengarang membuat karakter satu tokoh dalam karyanya pasti merupakan cerminan pribadi si pengarang atau pengalaman yang telah dialaminya.

Sikap yang tercermin pada satu tokoh daam sastra merupakan hal yang menarik karena clash dari satu tokoh dengan tokoh lain dapat menimbulkan konflik dan kondisi mental serta ego dari tiap tokoh tersebut dapat memperuncing pertentangan tersebut. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti karakter utama pada Novel Marek Halter yang berjudul “Lilah”. Pergolakan batin lilah untuk memilih kakknya, Ezra atau kekasih hatinya, Antonioes merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Pergolakan batin Lilah ini tidak terlepas dari faktor agama dan masyarakat yang mempengaruhinya.

Menurut Freud psikologi adalah alam bawah sadar, yang didasari samar-samar oleh individu yang bersangkutan. Menurutnya ketaksadaran merupakan bagian yang paling besar dan paling aktif dalam diri setiap orang. Freud (Milner, 1992:32-38) menghubungkan karya sastra dengan mimpi. Sastra dan mimpi dianggap  memberikan kepuasan secara tidak langsung. Mimpi seperti tulisan merupakan sistem tanda yang menunjukkan sesuatu yang berbeda, yaitu melalui tanda-tanda itu sendiri. Penulis menggunakan Psycoanalitic karena tiap karakter pada diri seseorang itu tidak akan terlepas dari psikologi. Tidak dapat dipungkiri jika  agama dan lingkungan social sangat mempengaruhi karakter seseorang.

Untuk mengetahui pemikiran, tingkah laku dan kebiasaan tokoh utama penulis menggunakan karakterisasi.  Karakterisasi  berarti pemeranan, pelukisan watak. Metode karakterisasi adalah metode melukiskan watak para tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi. Ada dua cara untuk membedah karakterisasi seseorang penjabaran secara langsung (telling) dan tidak langsung (showing).

One method is telling, which relies on exposition and direct commentary by the author. In telling a method preferred and practiced by many older fiction write the dround hand of the authors is very much evidence. We learn yang look only at what the author calls to your attentions (Pickering dan Hoeper, (1981:27)

Dalam  perkembangan karakter  tokoh utama  sangat berkaitan erat dengan agama yang dipegang teguh olehnya. Seperti yang kita ketahui agama adalah tuntunan bagi manusia agar hidupnya tidak tersesat. Seperti yang diungkapkan oleh Karl Marx “Religion was such an ideology, an “opiate of the people” that prevent them from rebelling against their appressors. It promises the rewards in the next life for performing obediently in this one”. Maksudnya adalah agama merupakan sebuah ideologi yang dianalogikan sebagai obat bagi manusia yang mencegah manusia agar tidak tersesat dan orang yang  memegang teguh agama dijanjikan pahala untuk kehidupan mendatang di akhirat.
Metode penelitian yang digunakan dalam proposal ini adalah metode kualitatif.
Penelitian kualitatif sering diartikan sebgai penelitian  yang tidak megadakan “ perhitungan” atau sengan angka-angka (Moleong,1982:2).

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu :
1.      Membaca novelnya
2.      Memilih data yang perlu  dikaji
3.      Memisahkan dengan data yang lain agar dapat dianalisis
4.      Memilih teori yang sepadan dengan data yang sedang diteliti.
Dalam hal ini penulis memilih teknik pengumpulan data dengan cara library research  yaitu penulis mencari  teori dan data-data  pendukung melalui buku  dan  internet agar proposal ini lebih lengkap dan relevan.

Data yang telah dikumpulkan dan dipilih kemudian dianalisis oleh penulis. Analisis ini bertujuan untuk mencari karakterisasi tokoh utama dan  menganalisis pengaruh agama dan lingkungan terhadap perkembangan tokoh utama.

Data diambil dari sebuah novel sejarah karya Marek Halter yang berjudul “Lilah”. Novel ini bercerita tentang perjuangan tokoh utama, Lilah  untuk memperjuangkan cintanya terhadap Antonioes yang tidak direstui oleh kakaknya sendiri yaitu Ezra. Hubungan mereka tidak direstui karena agama dan bangsa  mereka berbeda, Lilah adalah bangsa Israel dan beragama Yahudi sedangkan Antonioes adalah seorang prajurit Persia yang sangat hebat . Ketangguhan dan kehebatannya dalam berperang mendapatkan perhatian lebih dari sang Raja dan membuat Antonioes menjadi panglima kesayangan Raja Artaxerxes dan Ratu Parysatis yang dikenal sangat kejam dan tidak berprikemanusiaan. Hubungan percintaan Lilah dan Antonioes bukan saja ditentang oleh Ezra tetapi ditentang pula oleh sang Ratu.
Perlu diketahui bahwa bagi orang Yahudi pernikahan berbeda bangsa dan agama itu sangat dilarang, dengan kata lain orang Yahudi harus menikah dengan orang Yahudi lagi. Hal ini dapat terlihat dari kata-kata Ezra yang ditujukan kepada Antonioes :

”My sister is free to make her own decisions, “Ezra said.” But there are laws for us, the children of Israel and the people of the covenant. They are not the same as your laws, son of Persia, just as our God is not the same as your gods.”

…….A woman who goes with an clean man is herself unclean, and if a waman is unclean, her brother can no longer go near her. He can no longer be her brother. Lilah will choose.”

Dari kutipan diatas dapat terlihat bahwa perkawinan beda agama dan bangsa bagi orang Yahudi teramat sangat dilarang. Jika ada seorang wanita yang menikahi seorang pria yang berbeda agama dan bangsanya maka wanita itu disebut wanita tidak suci dan  bagi orang yang tidak suci seorang kakak pun haram untuk mendekatinya. 
Contoh dialog berikut merupakan  pergolakan batin Lilah ketika menemui Ezra, kakaknya. Pada awalnya dia menemui Ezra untuk membicarakan bahwa dia akan menikah dengan Antonioes. Namun, melihat reaksi Ezra yang dingin dan seakan tidak peduli membuat Lilah mengurungkan niatnya. Dari dialog dibawah ini memperlihatkan bahwa karakter Utama merasa takut Ezra tidak merestui hubungannya dengan Antonioes dan akan memarahinya.
Lilah fell silent. Her own words seemed to her out of place and offensive. She want to say,”I love him. I want him for my husband. He wants it too, more than anything else. I love to be in his arms . And I also love you, with all the love in a siste’s heart.” But the words that emerged from her mouth were cold and fearful, devoid of color.

Kutipan dibawah ini menunjukkan telah terjadinya pergolakan batin pada tokoh Lilah dikarenakan adanya pengaruh external yaitu pengaruh kematian orang yang selalu setia menemaninya yaitu Sogdiam yang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri. Lilah sudah mulai meragukan kesetiaan Antonioes, suaminya karena penantiannya selama 5 tahun tidak membuahkan hasil apa-apa dan pada kenyataannya selama ini Antonioes tidak ada disisinya disaat Lilah sangat membutuhkan Antonioes untuk bersandar. Sogdiamlah yang selalu menemaninya dalam suka dan duka. Dari kutipan dibawah ini dapat dilihat bahwa Lilah sangat terpukul dengan kematian Sogdiam.
I must seem confused to you now, Antinoes, my husband. I mix past nad present. It because of Sogdiam’s death. But it is also true that everiything is confused in my mind, my hearth, my body.

Ketika agama yang dijadikan acuan dalam hidup dan  aturan yang tertulis pada Al kitab yang harus dipatuhi sangat bertentangan dengan hati Lilah. Maka Lilah memutuskan untuk meninggalkan kota Yarusalem bersama wanita-wanita yang dianggap tidak suci karena mereka  bukan dari bangsa Israel dan anak-anak hasil perkawinan beda bangsa dan agama yang dipaksa meninggalkan Yarusalem. Padahal dengan susah payah Lilah dan rombongan dapat mencapai kota Yarusalem itu. Hal itu dapat dilihat dari kutipan dibwah ini :

He laughed. “But it is, Lilah it is! We came so that the law of Yahweh would live among our people. We are making it live. Only what is written on moses scroll. That and nothing else!”

“ I can’t do it, “ I said to the man who had been my beloved brother. “I ca’t be with those who throw stones at women and children. I can separate the clean and the unclean by separating the wife from husband and the children drom the father. That is beyond my strength. It is beyond my love for Ezra. Beyond my respect for our God. If I must choose, then I shall leave with them. With rejected women. With the strengers. That is the only place for me. Did not Moses, our Master say Welcome the Stranger in your house as one of your own. Love him as yourself , for you, too, were strangers in the land of Egypt?”

Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa karakter tokoh utama keyakinannya mulai goyah, kepercayaan terhadap Ezra pun mulai pudar. Lilah beranggapan bahwa penindasan terhadap kaum wanita yang dianggap sebagai orang asing dan tidak suci karena menikah dengan pria yang berbeda agama dan tidak sebangsa dengan mereka sudah melampaui batas.



Reference

Khutaratna, Nyoman 2006. Theory, Metode, dan penelitian Sastra, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Maxwell, Joseph A,.1996. Qualitative Research design  “ Sage  publication Inc.: California

Jabrohim.2003. Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta : Hanindita Graha Widya

Minderop, Albertine.2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, Surabaya dan ,endamping   elsu  (penderitaan). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2 Novemver



Tidak ada komentar:

Posting Komentar